line art

FEATURE " PESONA KAWAH BLEDUG KUWU"



Nama     : Ayu Esta Trimurti
NIM       : 1102414049
Rombel  : 2
Jurusan   : Kurikulum dan Teknologi Pendidikan
Fakultas : Ilmu Pendidikan
Makul    : Broadcasting
Tugas     : Feature

    PESONA KAWAH BLEDUG KUWU

                           
Sinopsis

Indonesia memiliki banyak potensi wisata alam, salah satunya adalah tempat wisata Bledug Kuwu yang terletak di daerah Kabupaten Purwodadi Propinsi Jawa Tengah.
             Bledug Kuwu adalah sebuah kawah lumpur (mud volcano) yang terletak di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan, Propinsi Jawa Tengah. Tempat ini dapat ditempuh kurang lebih 28 km ke arah timur dari kota Purwodadi. Bledug Kuwu merupakan salah satu obyek wisata andalan di daerah ini, selain sumber api abadi Mrapen, dan Waduk Kedungombo. Obyek yang menarik dari bledug ini adalah letupan-letupan lumpur yang mengandung garam dan berlangsung terus-menerus secara berkala yaitu selama 2 sampai 3 menit untuk setiap letupannya.
Suaranya yang secara periodik meletupkan bunyi bledug ( seperti meriam ) dari gelembung lumpur bersamaan dengan keluarnya asap, gas dan air garam. Melalui proses tersebut menjadikan daratan bledug yang dulunya berada di dasar laut, sekarang menjadi daratan dengan ketinggian kurang lebih 53 meter dari permukaan laut. Luas arealnya 45 Ha dengan suhu minimum 31 derajat celcius.
            Pada kesempatan kali ini Esta dan Isna berkunjung ke Objek wisata Bleduk Kuwu. Untuk menuju lokasi tempat wisata �bledug kuwu� kita harus menepuh jalan darat dari Semarang melalui Purwodadi sampai di desa Kluwu. Tiket masuk objek bleduk yaitu sekitar 6 ribu dan itu sudah merupakan parkir. Sepanjang perjalanan kita dapat menyaksikan pemandangan alam berupa hamparan sawah yang hijau dan langit yang biru. Pemandangan bukit � bukit yang indah sepanjang perjalanan menuju �bledug kuwu� juga membuat perjalanan kita tidak membosankan.
Sesampainya di tempat, Esta dan Isna langsung membayar tiket masuk yang kemudian disambut dengan bapak pemandu wisata bledug kuwu yang bernama Moc. Kundori yang hanya satu- satunya yang terdapat di sini. Kemudian beliau menceritakan tentang sejarah terjadinya bledug kuwu.
 Menurut cerita turun temurun yang beredar di kalangan masyarakat setempat.
Tersebutlah keadaan anak gadis petani yang tinggal di pondok dalam hutan yang pernah disinggahi Aji Saka ketika baru saja mendarat di Pulau Jawa. Sepeninggal Aji Saka, gadis tadi menjadi hamil akibat memangku pisau milik tamunya itu.
Mungkin tangkai pisau yang hilang itulah yang kemudian menjelma menjadi kandungan dalam perut gadis tersebut.
Setelah genap usia kandungan gadis tersebut maka lahirlah anaknya. Tetapi yang mengherankan anak yang lahir dari rahim gadis anak petani tadi tidak berujud bayi seperti halnya anak manusia pada umumnya melainkan berujud seekor anak ular.
Sebenarnya keluarga petani itu merasa malu mempunyai cucu seekor ular itu tetapi apa boleh buat, mengkin sudah suratan takdirnya harus begitu, demikian piker mereka. Untunglah mereka tinggal di tengah hutan, jauh dari keramaian manusia sehingga tidak ada orang lain yang mengetahui hal tersebut.
Ular itu dipelihara baik-baik oleh keluarga petani dan dinamakan Baruklinting. Setelah dewasa berpikirlah ia mengapa di pondok yang mereka tempati itu penghuninya hanya terdiri dari kakek, nenek, ibunya, dan dia sendiri. Lalu di manakah ayahnya dan bagaimana ujud ayahnya itu, apakah berbentuk manusia atau ular? Sampai berapa lama Baruklinting belum berhasil mengetahui rahasia keluarganya itu. Akhirnya ia memberanikan diri untuk bertanya kepada ibunya tentang masalah tersebut. Dari ibunya itu didapatlah keterangan tentang dirinya dan asal mulanya ia lahir, yaitu sejak Aji Saka bertamu di pondoknya. Dan diceriterakan pula bahwa ayahnya, Si Aji Saka kini telah menjadi raja besar yang memerintah negeri Medangkamulan bergelar Prabu Jaka. Dari keterangan ibunya itu tahulah kini bahwa ia sebenarnya adalah anak seorang raja. Maka bermaksudlah ia akan menemui ayahnya. Ketika ia mengemukakan keinginannya tersebut kepada seisi pondok mula-mula tidak disetujui. Mereka khawatir kalau Prabu Jaka tidak mengakui Baruklinting sebagai anaknya. Tetapi Baruklinting terus mendesak sehingga akhirnya mereka tidak melarang lagi. Pada hari yang telah ditentukan berangkatlah Baruklinting menuju istana Prabu Jaka. Sampai di pintu gerbang istana, Baruklinting ditanya oleh penjaga. Kepada penjaga itu diterangkan bahwa sesungguhnya ia adalah putera Prabu Jaka dan maksud kedatangannya itu adalah untuk menemui ayahnya yang selama ini belum pernah ia lihat.
Penjaga itu lalu menghadap Prabu Jaka untuk melaporkan kedatangan Baruklinting. Sang Prabu tatkala menerima laporan dari penjaga lalu teringat peristiwa beberapa tahun yang lalu yaitu ketika hilangnya tangkai pisau dari pangkauan anak gadis pemilik pondok yang ditumpanginya. Dalam hatinya Sang Prabu telah menduga bahwa ular yang datang itu adalah anaknya, tetapi beliau merasa malu untuk mengakui ular itu sebagai anaknya. Kemudian dititahkan kepada penjaga agar Baruklinting dibawa menghadap. Penjaga itu lalu menyembah, dan sesudah it uterus mundur. Dan tidak berapa lama kemudian penjaga itu telah menghadap lagi bersama Baruklinting. Sang Prabu Jaka menanyai Baruklinting, siapa ia sebenarnya serta apa maksud kedatangannya. Maka sembah Baruklinting, �Ampun Tuanku, menurut penuturan ibu hamba, yang kini tinggal di sebuah pondok dalah hutan hamba adalah putera paduka. Menurut ceriteranya dulu beberapa tahun yang lalu paduka pernah singgah di pondok tempat tinggal ibuku. Kemudian paduka meminjamkan pisau kepada ibuku dengan pesan agar pisau itu jangan sampai diletakkan di pangkuannya. Rupanya ibuku lupa akan pesan paduka itu karena dengan tidak disengaja pisau itu sehabis dipakai lalu diletakkan di pangkuannya. Sesudah itu terjadi suatu keajaiban, yaitu pisau tadi hilang tangkainya. Pisau yang tidak bertangkai itu lalu paduka ambil kemudian paduka terus meninggalkan pondok. Sepeninggal paduka, ibuku hamil dan setelah genap bulannya maka lahirlah hamba yang berujud ular ini. Adapun maksud kedatangan hamba menghadap paduka ini ialah ingin bertemu dengan paduka ayahanda karena seumur hidup belum pernah melihat ayahanda.�
Dalam hati Sang Prabu mengetahui kebenaran kata-kata Baruklinting tersebut tetapi beliau malu kepada para prajurit karena tidak wajar seorang manusia beranak ular. Maka untuk siasat menyingkirkan Baruklinting, Sang Prabu bersabda, �Jikalau engkau menghendaki agar saya akui sebagai anak maka terlebih dahulu engkau harus membuktikannya dengan suatu perbuatan yang sepadan dengan derajatmu sebagai seorang putera raja. Adapun tugas yang harus kau jalankan untuk pembuktian itu ialah kau harus mengalahkan buaya putih yang hingga saat ini menjadi penguasa lautan selatan. Ketahuilah bahwa buaya putih itu adalah musuh besarku dan ia telah bertekad akan membinasakan diriku.�
Selanjutnya Sang Prabu masih mengajukan syarat-syarat lagi, antara lain:
      1.       Baruklinting pada waktu pergi dan pulang dari lautan selatan nanti harus menempuh jalan di bawah tanah dengan alas an supaya tidak merusak tanaman milik anak negeri.
      2.       Jika sudah berhasil mengalahkan buaya putih nanti maka ia harus membawa pulang kepala musuhnya itu beserta air laut, rumput laut dan bermacam-macam jenis tumbuh-tumbuhan laut sebagai bukti bahwa ia benar-benar telah melakukan tugasnya.
Karena Baruklinting ingin sekali diakui sebagai putera Sang Prabu maka tugas yang berat it uterus disanggupi. Bagi dia pekerjaan semacam itu dapat dilaksanakannya.
Dalam hati Sang Prabu berkata, �Tentunya Baruklinting tidak akan mampu mengalahkan buaya putih yang sakti itu. Ia pasti binas dikalahkan buaya putih penjelmaan Dewatacengkar itu. Dengan demikian ia tidak akan kembali ke sini lagi. Berarti saya bebas, tidak perlu memenuhi janjiku.�
Adapun Baruklinting setelah menerima titah Sang Prabu terus berangkat ke lautan selatan lewat bawah tanah. Ia tidak merasa gentar menghadapi pekerjaan berat yang akan dilakukannya itu. Singkatnya, ia telah berhasil menemukan buaya putih dan terjadi perang tanding. Pertempuran itu cukup sengit sehingga menimbulkan gelombang laut yang besar. Akhirnya dengan suatu siasat Baruklinting berhasil mengalahkan buaya putih itu yang kemudian dibunuh. Kepalanya terus dipotong untuk dipersembahkan kepada Sang Prabu. Bersama dengan kepala itu dibawa pula air laut, rumput laut, dan bermacam-macam jenis tumbuh-tumbuhan laut sebagai bukti bahwa ia benar-benar telah melakukan tugasnya.
Setelah syarat-syarat itu terkumpul baruklinting lalu bersiap-siap akan kembali ke Keraton Medangkamulan. Seperti halnya pada waktu berangkat maka pada waktu pulang Baruklinting juga menempuh jalan bawah tanah. Karena terlalu lelah, dalam melakukan perjalanan jauh tambahan pula habis berkelahi serta membawa barang yang berat, maka Baruklinting bermaksud akan istirahat di atas tanah. Ia muncul di suatu tempat di permukaan bumi dan tempat itu lalu menjadi sumber penggaraman berupa belik atau sendang. Sampai sekarang tempat ini masih dapat dilihat letaknya di Desa Yono, Kecamatan Tawangharjo. Kabarnya di tempat ini tumbuh pohon luntas dan rumput grinting yang asalnya dari lautan selatan.
Setelah puas beristirahat, Baruklinting lalu masuk ke dalam tanah lagi akan meneruskan perjalanan. Ia berjalan ke arah timur dan sampai di suatu tempat. Di sini ia menjadi bingung dikiranya tempat itu tepat di bawah halaman istana Medangkamulan sehingga ia muncul di situ. Ternyata tempat itu bukan yang dimaksud. Tempat munculnya yang kedua kalinya ini menjadi sumber garam pula, sekarang dikenal dengan nama Desa Crewek. Baruklinting setelah mengetahui bahwa tempat tersebut bukan yang dimaksud, lalu masuk lagi ke dalam tanah untuk meneruskan perjalanannya sehingga melampaui tempat yang sebenarnya akan dituju (ke banjur, Jawa) karena tidak tahu. Tempat munculnya yang ketiga kalinya ini disebut Desa banjur, berasal dari perkataan ke banjur. Desa ini kemudian menjadi sumber garam. Karena merasa keliru lagi, Baruklinting lalu masuk ke dalam tanah akan terus mencari. Setelah menempuh jarak yang cukup jauh akhirnya ia merasa sangat lelah dan tidak kuat meneruskan perjalanan lagi. Ia memutuskan untuk muncul ke permukaan bumi lagi dengan maksud akan beristirahat (bahasa Jawa kekuwon). Kemudian tempat munculnya yang terakhir ini dinamakan Desa Kuwu. Nama ini berasal dari perkataan ke kuwu. Desa Kuwu itu kemudian menjadi sumber garam pula dan merupakan sumber garam yang terbesar di antara sumber-sumber yang lain. Sampai di sini baruklinting tidak meneruskan perjalanannya lagi ke Medangkamulan. Rupanya ia telah menyadari bahwa Sang Prabu menitahkan untuk melakukan pekerjaan yang berat itu hanyalah suatu siasat belaka untuk menyingkirkan dirinya.
Demikianlah asal mula terjadinya sumber garam di daerah Kuwu dan sekitarnya yang konon ada hubungannya dengan perjalanan Aji Saka ke Tanah Jawa. Sampai sekarang sumber garam itu masih tetap berproduksi dan merupakan salah satu sumber mata pencaharian masyarakat setempat. Sedangkan nama-nama desa penghasil garam yang disebut dalam cerita ini pun sampai sekarang masih ada.
Adapun Desa Kuwu terletak di Kabupaten Grobokan, Jawa Tengah. Sumber garam ini oleh masyarakat setempat biasa di Bledug Kuwu, karena adanya suara semburan lumpur dari dalam tanah.
Lebih singkatnya cerita bledug Bledug Kuwu terjadi karena adanya lubang yang menghubungkan tempat itu dengan Laut Selatan (Samudera Hindia) . Secara etimologi, nama Bledug Kuwu berasal dari Bahasa Jawa. Yaitu bledug yang berarti ledakan/ meledak dan kuwu yang diserap dari kata kuwur yang berarti lari/ kabur/ berhamburan. Menurut sejarah asal usul nama Bledug Kuwu, yaitu sebuah kawah lumpur (bledug) yang berlokasi di Kuwu. Kawah tersebut secara berkala melepaskan lumpur mineral, dalam bentuk letupan besar (setinggi hingga 2 m).
Konon lubang letupan bledug  kuwu adalah  lubang menuju  jalan pulang Joko Linglung dari Laut Selatan menuju kerajaan Medang Kamulan setelah mengalahkan Prabu Dewata Cengkar yang telah berubah menjadi buaya putih di Laut Selatan. Joko Linglung konon bisa membuat lubang tersebut karena dia bisa menjelma menjadi ular naga yang merupakan syarat agar dia diakui sebagai anaknya Raden Aji Saka. Yang kemudian lubang tersebut masih ada sampai sekarang dan tetap abadi.
            Sesampai di �bledug kuwu�, ada perbedaan yang sangat berbeda, jika selama perjalanan kita disuguhi pemandangan alam yang indah dan subur, di �bledug kuwu� lokasinya tandus, panas dan tidak subur, tapi hal ini juga merupakan daya tarik tersendiri. Selain menikmati keindahan �bledug kuwu� di tempat ini banyak terdapat beberapa penduduk yang mencari nafkah dari �bledug kuwu� dengan memanfaatkan sumber �bledug kuwu� menjadi garam dapur. Kemasyuran rasa garam �bledug kuwu� tercatat didalam sejarah keraton Surakarta. Hal ini dapat dibuktikan melalui berbagai keterangan dari masyarakat sekitarnya. Didaerah ini terdapat gunungan � kgunungan kecil yang puncaknyanya mengeluarkan lumpur berwarna kekuning kuningan. Kemudian tanahnya juga sangat bermanfaat untuk kulit. Tanah lumpur yang berwarna hitam pekat ini mengandung belerang yang nantinya bisa digunakan untu spa, mengobati berbagai macam penyakit kulit.
.
         �Bledug kuwu� mempunyai keistimewaan tersendiri, berdasarkan peta geologi Dr.AJ Panekoek, bahwasanya tanah � tanah yang ada bledugnya adalah jenis Alvuial Plains (tanah endapan atau tanah mengendap) bersamaan dengan meletupnya bledug, keluarlah uap, gas dan garam. Suara bledug terjadi dari muntahnya lumpur dari kawah. Lumpur yang keluar berwarna kelabu atau kelabu kehitam � hitaman, tetapi akan berwarna putih jika dicampur dengan air dan jika diendapkan akan air endapan �bledug kuwu� adalah tanah kapur dan tepat sekali jika disitu dulunya laut kemudian menjadi daratan, karena erosi dari gunung kapur sudah tentu endapannya mengandung kapur.
Menurut penjelasan bapak Moc. Kundori mengenai pengelolaan wisata bleduk kuwu ,dahulu pada tahun 1982 tanah ini belum ada pajak karena tanah sentral milik negara peninggalan dari kerajaan medang kamolan, maka ditarik oleh pemerintah daerah, kemudian 1983 disahkan oleh dinas pariwisata sampai sekarang dikelola oleh Departa yang bekerjasama dengan Pemda karena ini adalah hak negara. Karena kawasan tanah dengan luas 45 hektar belum ada pajak, maka hasil dari jualan karcis ini diberikan untuk Pemda .
Untuk itu jaga dan rawat alam disekitarmu, agar tetap terjaga. Sehingga anak dan cucu kita kelak tetap bisa menikmati keindahannya.

Treatment

-          Adegan 1
( Musik dan fx suara lalu lalang kendaraan)
Narator membacakan narasi untuk permulaan cerita, dimulai dari penokohan, lokasi, dan perjalanan menuju lokasi. Pada kesempatan ini Esta dan Isna  menyempatkan diri untuk berkunjung ke objek wisata alam bleduk kuwu. Disepanjang perjalanan terdapat sawah- sawah yang hijau, bukit- bukit dan udara sejuk.
-          Adegan 2
( Musik dan fx suasana bledug dan  suara kendaraan dan  gemuruh angin)
Sesampainya ditempat mereka langsung memarkir kendaraan dan membayar tiket masuk .
-          Adegan 3
( Musik dan fx suasana bledug yang panas suara gemuruh letupan)
Kemudian Esta dan Isna langsung disambut oleh bapak Moc. Kundhori selaku pemandu, dan kemudian Esta dan Isna langsung menjelaskan maksud dan tujuannya datang ke tempat ini.
-          Adegan 4
( Musik dan fx suara letupan bledug)
Bapak Moc. Kundhori lalu menjelaskan tentang sejarah terjadinya bledug, sambil menyusuri kawasan bleduk yang gersang dan panas.
-          Adegan 5
(Musik dan fx suara bledug )
 Suasana panas dan gersang tidak menghalangi Esta dan teman- temannya untuk lebih banyak menegetahui tentang bleduk. Sambil melihat- lihat kawah yang kecil di sekitar kawah utama Pak Kundhori menjelaskan mengenai manfaat dari air dan tanah letupan bleduk
-          Adegan 6
( Musik dan fx suara gemuruh angin )
Pak kundori menjelaskan pemasaran dari hasil air dan tanah lumpur bleduk.

-          Adegan 7
( Musik dan suara bledug)
Esta dan teman- teman diajak lebih dekat melihat keindahan pesona letupan bleduk. Sampai di dekat kawah terbesar, pak Kundhori menceritakan tentang tragedi yang pernah terjadi.
-          Adegan 8
(Musik dan suara letupan )
Tiba- tiba Esta dan teman- teman disambut dengan letupan yang luar biasa yang hampir saja mengenai tubuh mereka. Merekapun lari ketakutan.
-          Adegan 9
(Musik dan suara gemuruh angin)
Esta dan teman- teman bertanya mengenai pengelolaan objek wisata bleduk . Pak kundhori m yang menjelaskan secara singkat mengenai pengelolaannya.
-          Adeagan 10
( Musik dan fx suara gemuruh angin)
Karena cuaca yang semakin panas dan data yang didapat sudah cukup akhirnya Esta dan teman- temannyapun berpamitan untuk beranjak pulang.
-          Adegan 11
( Musik dan suara gemuruh angin)
Esta dan teman- temannyapun pulang dengan rasa senang, karena sudah cukup tau banyak mengenai objek wuisata bleduk kuwu.
-          Adegan 12
( Musik dan fx suara angin)
Narator berpesan agar keindahan alam tetap terjaga.


Nakah feature full scribt
Musik                 : ...........................Musik Pembuka................................................
Narator              : Selamat siang saudara pendengar, udara sepoi- sepoi dan suara   gemuruh letupan kawah bledug membuat kita orang awam menjadi penasaran dibuatnya. Untuk lebih jelasnya kitra dengar percakapan antara Esta dan Juru kunci Bledug Kuwu. Mari kita simak.
Musik                 : ................. Suara angin dan letupan bledug................................
Esta                    : Selamat siang bapak?
Moc. Kundhori  : Siang mbak, ada yang bisa saya bantu?
Esta                    : Perkenalkan pak, saya Esta dari Unnes.
Moc. Kundhori  : Iya mbak saya bapak Moc. Kundori selaku juru kunci Objek
                            wisata Bledug Kuwu.
Esta                    : Maksud kedatangan saya disini ingin tau lebih banyak mengenai 
                            bleduk kuwu ini pak.
Moc. Kundhori  : Oh saya bisa memandu mbak untuk tau lebih banyak mengenai
                            bleduk kuwu.
Esta                    : Bagaimana asal terjadinya Bleduk Kuwu pak?
Moc. Kundhori  : Begini mbak singkat cerita saja. Menurut cerita turun temurun yang beredar di kalangan masyarakat setempat, Bledug Kuwu terjadi karena adanya lubang yang menghubungkan tempat itu dengan Laut Selatan (Samudera Hindia). Konon lubang itu adalah jalan pulang Joko Linglung dari Laut Selatan menuju kerajaan Medang Kamulan setelah mengalahkan Prabu Dewata Cengkar yang telah berubah menjadi buaya putih di Laut Selatan. Joko Linglung konon bisa membuat lubang tersebut karena dia bisa menjelma menjadi ular naga yang merupakan syarat agar dia diakui sebagai anaknya Raden Aji Saka. Untuk lebih lanjutnya mbak bisa membaca buku legenda bleduk kuwu ini.
Esta                    : Saya pernah mendengar katanya disini pernah ada korban?
Moc. Kundhori  : Benar mbak, waktu itu sedang hari raya idul fitri, lha ada pengunjung yang terjebak lumpur. Kemudian warga yang melihat langsung menolong dengan menjeburkan diri, namun dengan merayap. Sebab kalau tidak merayap tubuh akan ikut masuk kedalam lumpur. Korban selamat. Namun sebelumnya juga ada yang terperosok kedalam dan akhirnya meninggal. Diduga korban sebelumnya ini adlah orang gila.
Esta                    : Untuk menghindari hal seperti itu bagaimana pak?
Moc. Kundhori              : Begini mbak, kalau kita lihat area sekitar letupan kawah ini membentuk memusar . Tanah akibat letupan ini nantinya akan kembali lagi kedalam tanah jadi tidak melebar. Lalu untuk mengetahui tanah ini berbahaya atu tidak, bisa kita lihat. Tanah yang berwarna hitam pekat ini tandanya masih aktif dan lunak jadi tidak boleh kita injak. Kemudian tanah yang berwarna coklat dan kering ini tandanya tanah ini kuat dan tidak berbahaya.
Esta                    : Lalu apakah ada manfaat dari tanah maupun air yang dihasilkan oleh kawah bleduk ini pak?
Moc. Kundhori  : Tentu saja ada. Untuk air dapat kita lihat diseberang sana ada petani garam yang memanfaatkan air kawah. Air dari kawah ini di alirkan meleati celah- celah yang kemudian di masukkan ke sumur. Kemudian di jemur yang nantinya akan menjadi garam. Kemudian untuk tanahnya bisa untuk spa, obat kulit, jerawat dll.
Esta                    : Lalu garam dan tanah tadi di pasarkan kemana pak?
Moc. Kundhori  : Untuk garam dipasarkan disekitar daerah Kuwu saja. Sedangkan tanahnya hanya dikawasan objek .
Pewawancara     : Baik pak, kemudian bagaimana pengelolaan obyek wisata ini?
Mo: Dahulu pada tahun 1982 tanah ini belum ada pajak karena tanah sentral milik negara peninggalan dari kerajaan medang kamolan, maka ditarik oleh pemerintah daerah, kemudian 1983 disahkan oleh dinas pariwisata sampai sekarang dikelola oleh Departa yang bekerjasama dengan Pemda karena ini adalah hak negara. Karena kawasan tanah dengan luas 45 hektar belum ada pajak, maka hasil dari jualan karcis ini diberikan untuk Pemda .
Esta                    : Baik terima kasih bapak atas penjelasannya mengenai bledug kuwu ini.
Moc. Kundhori  : Sama- sama mbak, sudah tugas saya.
Narator              : Itu tadi percakapan antara Esta dengan bapak Moc. Kundhori menegenai bledug kuwu.  Bagaimana sudah cukup tau lebih banyak bukan ?
Cukup sekian informasi yang dapat saya sampaikan, sampai jumpa lain waktu.
Musik                 :....................................Penutup......................................................


Share on Google Plus

0 Comments: